Cari Blog Ini

Senin, 05 November 2012


MAKALAH AGAMA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam merupakan rahmatan lil ‘alamin yang kehadirannya sebagai rahmat semesta alam, bukan rahmatan lil muslimin, yang kehadirannya hanya bagi kaum muslimin saja. Sejak dulu islam telah menjadi agama yang paling majudan beradab.
Namun, keadaan islam zaman sekarang seperti raksasa yang tertidur, besar tapi tidak berdaya. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwasannya kelak akan ada suatu zaman ketika umat muslim seperti buih di lautan. Ada sebuah pertanyaan filosofis yang patut menjadi renungan kaum muslimin. Ketika rasulullah bersabda mengenai penundukkan Roma dan Konstantinopel yang akan menjadi sejarah besar umat muslim pada masa keemasannya, yaitu ketika seorang tokoh besar islam, Muhammad Al-Fatih dengan kegigihannya mampu menaklukkan Konstantinopel (sekarang Turki Ustmani) pada usia kurang dari 20 tahun, yaitu sampai detik ini Roma belum juga ditaklukkan oleh Islam. Lalu, siapakah “the next” Muhammad Al-fatih? Jika bukan kita sebagai generasi muda islam, siapa lagi?
Faktanya, kaum Yahudi takut apabila kaum muslimin menyadari keislamannya. Karena jika Islam bersatu, Islam akan membuat perubahan nyata yang sangat dikhawatirkan kaum Yahudi. Maka dari itu, kaum Yahudi kian gencar menyerang generasi muda islam dengan teknologi, pemikiran, aliran-aliran, musik, gaya hidup, makanan, dan lain sebagainya agar kaum muslimin lalai akan keislamannya. Kaum Yahudi memperlihatkan bahwa mereka selalu berbahagia atas keyahudiannya mereka. Sehingga membuat kaum muslimin tertarik dengan hal-hal yang sebenarnya diharamkan dalam islam, seperti minum-minuman keras, seks bebas, dan lain sebagainya. Hasilnya dapat dilihat dari keadaan sekarang, yaitu kebobrokan moral yang kebanyakan pelakunya adalah kaum muslimin,
BAB II
PEMBAHASAN

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At-Taubah : 33)
Kita patut merasa gembira dengan janji yang telah diberikan oleh Allah Swt melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan kebijaksanaannya itu mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Salallahu Alaihi wa Salam , masa Khulafaur-Rasyidin dan pada masa khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah terrealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya:
“Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah menurunkan firman-Nya “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai, hal itu telah sempurna (realisasinya).” Belau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh Allah.” [Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam yang lain].
Banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan masa kemenangan Islam dan tersebarnya ke berbagai penjuru. Dari hadits-hadits itu tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas izin pertolongan dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan, itu yang penting. Berikut ini akan saya tampilkan beberapa hadits yang saya harapkan dapat membakar semangat para pejuang Islam dan dapat dijadikan argumentasi untuk menyadarkan mereka yang fatalis tanpa mau berjuang sama sekali.
 “Sesungguhnya agama Islam ini akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke daerah itu, dengan memuliakan yang mulai dan merendahkan yang hina. Yakni memuliakannya dengan Islam dan merendahkannya dengan kekufuran.”
Imam Ibnu Hibban meriwayatkannya dalam kitab Shahih-nya (1631, 1632). Sedang Imam Abu ‘Arubah meriwayatkannya dalam kitab Al-Montaqa minat-Thabaqat (2/10/1).
Tidak diragukan lagi bahwa tersebarnya agama Islam kembali kepada umat Islam sendiri. Oleh karena itu mereka harus memiliki kekuatan moral, material dan persenjataan hingga mampu melawan dan mengalahkan kekuatan orang-orang kafir dan orang-orang durhak Inilah yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw :
“Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Qubai. Ia menuturkan “(pada suatu ketika) kami bersama Abdullah Ibnu Amer Ibnu Al-Ash. Dia ditanya tentang mana yang akan terkalahkan lebih dahulu, antara dua negeri, Konstantinopel atau Romawi. Kemudian ia meminta petinya yang sudah agak lusuh. Lalu ia mengeluarkan sebuah kitab.” Abu Qubai melanjutkan kisahnya: Lalu Abdullah menceritakan: “Suatu ketika kami sedang menulis disisi Rasulullah Salallahu Alaihi wa Salam. Tiba-tiba Beliau ditanya: “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Constantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab: “Kota Heraclius-lah yang akan terkalahkan lebih dahulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (II/176), Ad-Darimi (I/126), Ibnu Abi Suaibah dalam Al-Mushan (II/47, 153). Abu Amer Ad-Dani di dalam As-Sunanul Maridah fil-Fitaan (Hadits-hadits tentang Fitnah), Al Hakim (III/422 dan IV/508) dan Abdul Ghani Al-Maqdisi dalam Kitabul Ilmi (II/30). Abdul Ghani bahwa hadits ini hasan sanadnya. Sedangkan Imam Hakim menilainya sebagai hadits shahih. Penilaian Al-Hakim itu sangat disetujui oleh Adz-Dzahabi.
Kata Rumiyyah dalam hadits di atas maksudnya adalah Roma, ibukota Italy sekarang ini, sebagaimana bisa kita lihat di dalam Mu’jamul Buldani (Ensiklopedi Negara).
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kemenangan pertama ada di tangan Muhammad Al-Fatih Al-Utsmani. Hal ini terjadi setelah lebih dari delapan ratus tahun Nabi Salallahu Alaihi wa Salam menyabdakan hadits di atas. Kemenangan kedua pun akan segera terwujud atas seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana firman-Nya:
”Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi.“ (QS Shaad : 88).
Tidak diragukan lagi bahwa kemenangan kedua mendorong adanya kebutuhan terhadap Khalifah yang tangguh. Hal inilah yang telah diberitakan oleh Rasulullah Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya:
“Kenabian telah terwujud di antara kamu sesuai dengan kehendak Allah. Kemudian Dia akan menghilangkannya sesuai dengan kehendak-Nya, setelah itu ada khalifah yang sesuai dengan kenabian tersebut, sesuai dengan kehendak-Nya pula. Kemudian Dia akan menghapusnya juga sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu ada seorang raja diktator bertangan besi, dan semua berjalan sesuai dengan kehendak-Nya pula. Lalu Dia akan menghapusnya jika menghendaki untuk menghapusnya. Kemudian ada khalifah yang sesuai dengan tuntunan Nabi. Lalu Dia diam.“ [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (IV/273)]
Selanjutnya hadits yang berisi tentang berita gembira dari Rasulullah mengenai kembalinya kekuasaan kepada kaum Muslimin dan tersebarnya pemeluk Islam di seluruh penjuru dunia hingga dapat membantu tercapainya tujuan Islam dan menciptakan masa depan yang prospektif dan membanggakan hingga meliputi bidang ekonomi dan pertanian. Hadits yang dimaksud sabda Nabi :
“Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum tanah Arab menjadi tanah lapang yang banyak menghasilkan komoditas penting dan memiliki pengairan yang memadai.”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/84), Imam Ahmad (2/703, 417), dari hadits Abu Hurairah.
Berita-berita gembira ini terealisasi di beberapa kawasan Arab yang telah diberi karunia oleh Allah berupa alat-alat untuk menggali sumber air dari dalam gurun pasir. Disana bisa kita lihat adanya inisiatif untuk mengalirkan air dari sungai Eufrat ke Jazirah Arab. Saya membaca berita ini dari beberapa surat kabar lokal. Hal ini mungkin akan menjadi kenyataan. Dan selang beberapa waktu kelak, akan benar-benar terwujud dan bisa kita buktikan.
Selanjutnya yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan masalah ini adalah sabda Nabi  :
”Tidak akan datang kepadamu suatu masa kecuali masa sesudahnya akan lebih buruk, sampai kalian bertemu dengan Tuhanmu dan datangnya hari kiamat.“
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al-Fitan dari hadits Anas secara marfu’.
Hadits ini selayaknya dipahami dengan membandingkan dengan hadits-hadits lain yang terdahulu dan hadits lain (yang ada hubungannya). Seperti halnya hadits-hadits tentang Al-Mahdy dan turunnya Nabi Isa as.

Kebangkitan islam tentu amat diidam-idamkan. Namun, patut disayangkan, setelah beberapa abad fenomena yang terjadi sangat kontras dengan harapan dan keinginan apalagi jika kita melihat perubahan kebudayaan islam di dunia yang kini semakin teracuni oleh virus-virus yang diciptakan barat.
Meskipun negara-negara imperialis telah menghabiskan sejumlah besar kekayaan untuk menghadang seruan Islam transformatif, menempatkan berbagai rintangan di depannya agar seruan kepada Islam ini lenyap, bahkan sampai-sampai mereka membangun aliansi dengan beberapa kelompok modern di arena Islam yang disebut (kelompok Muslim moderat), dan memberi mereka seluas-luasnya jalam berpartisipasi politik, serta akses ke kubah-kubah parlemen dan istana para penguasa, dengan harapan terjadi perubahan konsep Islam terkait pemerintahan, juga penyesatan politik dan pemikiran umat Islam, namun negara-negara ini benar-benar telah gagal dan semakin terlihat jelas boroknya. Justru hasilnya adalah kebalikan dari apa yang mereka harapkan, dimana Islam transformatif telah benar-benar matang dan berkembang hingga dakwahnya mencapai seluruh penjuru bumi.
Barat benar-benar berusaha untuk memerangi konsep Jihad di jalan Allah, dan menganggapnya sebagai ajaran terorisme, sebagaimana yang mereka klaimkan. Dan itulah sifat yang diberikan kepada orang-orang yang melakukan aktivitas berupa jihad fisik dalam membela negerinya, kehormatannya dan kesuciannya. Sementara, ketika mereka tidak menemukan sifat tersebut, maka sifat itu digunakan pada mereka yang beraktivitas untuk melanjutkan cara hidup Islam dengan melakukan aktivitas politik dan pemikiran. Kemudian mereka membuat istilah baru yang disebarkan di tengah-tengah masyarakat melalui media-media massa dan sarana-sarana lainnya. Sementara sifat (sebutan) ekstremisme adalah sifat yang berhasil mereka ciptakan. Selanjutnya mereka menggunakan sifat itu, menyebarkannya dan mengumumkan perang dengannya. Semua itu tidak lain adalah perang yang sangat telanjang indikasinya, yang asasnya adalah perang melawan Islam, dan semua yang dihasilkan dari ide-ide politik yang menyerukan persatuan dan kesatuan kaum Muslim, dan kemerdekaan dari penindasan imperialisme Barat.
Ketika negara-negara Barat, Rusia dan Cina, serta para penguasa bonekanya di kawasan Timur Tengah melihat perkembangan situasi di Syam, dan terlihat jelas perjuangan pembebasan oleh kelompok revolusi Syam, yang berjuang untuk pembebasan dari rezim, pilar-pilarnya, pemikirannya, dan ketergantungannya, kemudian mengganti rezim Bashar yang terkutuk dengan sistem Islam yang agung. Hal ini terlihat jelas pada kelompok revolusi Syam yang memiliki ikatan kuat dengan Islam, bahkan menjadikan Islam sebagai kepemimpinan pemikiran (qiyâdah fikriyah) bagi revolusi mereka yang diberkati. Dan ketika kaum kafir melihat hal itu begitu menonjol, maka mereka gemetar ketakutan akan kembalinya Islam yang agung untuk memimpin dunia kembali seperti sebelumnya. Untuk itu, mereka melakukan konspirasi demi konspirasi, yang tujuannya adalah memalingkan revolusi ini dari jalan Islam, dan berusaha mengaborsinya, kemudian menariknya pada kekuatan politik Barat.
Oleh karena itu, ketakutan Rusia sejalan dengan ketakutan Amerika sang penjagal dunia, yang terus-menerus memberi kesempatan waktu pada Bashar untuk membantai rakyatnya sendiri, dan seperti itu juga halnya, dengan ketakutan Cina, Eropa dan para penguasa boneka di kawasan Timur Tengah, semuanya takut terhadap Islam yang agung, sebab mereka adalah para penjahat perang yang melakukan pembunuh dan penjarah kekayaan. Sementara Islam dengan cahaya yang agung akan membakar mereka dan mengeluarkan rakyat mereka dari perbudakan euro dan dolar, menuju penyembahan hanya kepada satu Tuhan Yang Mahakuasa, Allah SWT.
Keberhasilan sesungguhnya bagi revolusi Syam, tidak akan pernah terwujudkan kecuali dengan tegaknya Khilafah Rasyidah ala Minhaji Nubuwah kedua di Syam, yaitu di rumah Islam sendiri. Bahkan keberhasilan ini tidak hanya akan menggoncangkan kawasan Timur Tengah saja, melainkan akan menggoncangkan dunia dan situasi internasional, serta aturan hubungan yang ada di antara negara-negara besar dan pengaruhnya, dan akan mengubah meja di kepala mereka.
Mungkin beanr ketika kita berpikir bahwa hakekat, motivasi dan tujuan sesungguhnya dari kemenangan Islam, bukan saja tidak diketahui oleh orang-orang Barat, yang mengira bahwa kemenangan Islam itu hanyalah persoalan gerakan pedang, perpindahan jenis manusia, dan kemajuan yang didorong oleh jiwa rakus, tetapi hal itu juga tidak diketahui oleh kebanyakan kaum Muslimin sendiri, yaitu orang-orang yang menyangka bahwa perluasan daerah kekuasaan saja dalam kemenangan Islam itu telah merupakan keuntungan bagi Islam, telah merupakan tindakan yang penuh jasa bagi pejuang-pejuang Islam di setiap masa.
Orang Barat dan orang Islam yang berpendirian seperti itu sama saja. Mereka sama jauhnya dari pengenalan sebenarnya tentang hakekat kemenangan Islam, serta motivasi dan tujuan sebenarnya. Kiranya baiklah kalau kita memperbaiki gambaran yang telah dipalsukan atau dirusak, bukan saja tentang kemenangan-kemenangan Islam itu saja, tetapi juga tentang pemikiran Islam itu sendiri pada akhirnya.
Islam mengesampingkan dari perhitungannya bahwa peperangan dilancarkan, atau kemenangan dicapai, dengan maksud agar suatu bangsa atau rupa bentuk manusia berkuasa. Manusia telah dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, bukan untuk saling berbunuhan, bukan untuk saling menguasai. Karena itu Islam mengesampingkan segala bentuk peperangan dan kemenangan yang dikobarkan oleh kefanatikan nasional, warna kulit atau bahasa. Keadaan seperti ini masih dirasakan oleh dunia dampaknya yang amat pahit, bahkan di masa modern sekarang ini, yaitu suatu masa yang menurut para pemimpin adalah masa yang berkebudayaan, dan telah dapat meninggikan diri di atas motif-motif kesukuan.
Demikian pula, Islam mengesampingkan dari perhitungannya bahwa suatu peperangan dilancarkan, atau kemenangan diperoleh, dengan maksud untuk mencari keuntungan materi. Karena itu Islam mengesampingkan semua bentuk kemenangan kolonialis, yang di belakangnya tersembunyi kerakusan-kerakusan ekonomi, seperti memperluas pasar untuk memutarkan hasil produksinya atau untuk mendapatkan bahan baku, atau untuk mengeksploitasi sumber-sumber alam, atau untuk mendapatkan tempat-tempat strategis dan kepentingan-kepentingan militer. Peperangan seperti inilah yang masih tetap dirasakan malapetakanya sampai sekarang ini oleh umat manusia. Tetapi hal inilah yang menjadi dasar dan peradaban Barat sekarang ini, karena hal ini merupakan salah satu unsur pokoknya.
Akhirnya, Islam menjauhkan dari segala pertimbangannya, bahwa perang dilancarkan, atau kemenangan dicapai, dengan maksud untuk memperoleh kemegahan pribadi untuk raja-raja dan para pemimpin, atau untuk memuaskan nafsu-nafsu untuk mencapai ketinggian, kekuasaan dan ketenaran, yang menguasai tokoh-tokoh itu, sehingga mereka sampai hati mengorbankan rakyat, agar mahkotanya mendapat tambahan sebuah bintang, atau dadanya dihiasi oleh sebuah bintang lagi.
Dari sini menjadi jelaslah adanya satu motivasi yang merupakan tujuan satu-satunya dari kemenangan Islam, yaitu perkataan yang telah diucapkan oleh Rasulullah SAW:
“Siapa yang berjuang untuk ketinggian kalimat Tuhan yang tinggi, ialah yang berjuang di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi inilah gagasan yang hendak disebarluaskan dan direalisasikan: untuk meninggikan kalimat Allah yang tinggi. Kita harus mengetahui hakekat dan batas-batas gagasan ini, agar kita dapat mengetahui hakekat kemenangan Islam dan agar kita mengetahui perbedaan antara kemenangan Islam itu dan kemenangan-kemenangan militer lain. Selanjutnya agar kita dapat memahami bahwa kemenangan Islam itu adalah dalam batas-batas gagasan Islam. Kalau tidak begitu, maka kemenangan Islam itu tidak ada, walau pun dicapai oleh tangan orang-orang Islam.
Islam merupakan solusi dalam segala problematika kehidupan yang terjadi sekarang. Ideologi Islam berpijak pada akidah Islam, satu-satunya akidah yang benar, bersumberkan al-Quran dan as-Sunnah. Inilah akidah yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menenteramkan jiwa. Kebangkitan yang benar tentunya harus bersumber dari ideologi (mabda’) yang benar. Mabda’yang benar haruslah berpijak di atas akidah yang benar.
Akidah Islam memiliki karakteristik sebagai akidah ruhiyah sekaligus akidahri’ayah yang haq. Akidah ini memancarkan sebuah sistem (aturan) kehidupan yang menyeluruh, mengatur urusan pribadi, keluarga maupun negara.







SIMPULAN
Penjajahan fisik memang telah pergi. Namun, penjajahan non-fisik ternyata masih mencengkeram kuat di seluruh sendi kehidupan; baik di sektor politik, ekonomi, sosial, budaya maupun keamanan. Keterpurukan bangsa ini tercermin dari angka kemiskinan yang tinggi, kasus korupsi yang menggurita, penegakkan hukum yang bobrok, dekadensi moral, dan masih banyak lagi, terutama di Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama islam. Namun sangat disayangkan, kemayoritasan itu tidak menjadi suatu kekuatan besar bagi islam.

Padahal beberapa faktor pendukung untuk menjadi negara bangkit dan maju sudah ada pada negeri ini. Di antaranya ialah potensi kekayaan alam yang begitu melimpah-ruah serta sumberdaya manusia yang cukup luar biasa.
Tentu patut dipertanyakan, mengapa Indonesia tidak juga kunjung bangkit?
Narasi sejarah mencatat, bahwa tidak cukup untuk membangkitkan Indonesia ketika negeri ini sudah sebanyak enam kali berganti pucuk pimpinan, bergilir pula wajah-wajah baru di jajaran kabinet maupun wakil rakyat, juga beberapa kali bangsa ini melakukan eksperimen sistem kenegaraan dengan menjajal beberapa bentuk sistem negara; zaman Orde Lama dengan nuansa sosialismenya, zaman Orde Baru dengan corak kapitalisme, dan era reformasi dengan corak liberalnya. Ternyata hasilnya tidak dapat diharapkan.

Islam saat ini adalah seperti raksasa yang sedang tertidur, perlu dibangunkan kembali agar semangat juang dan menegakkan islam secara “kaaffah” kembali berkobar dalam dada setiap muslim yang jumlah penduduknya mayoritas di dunia. Saat ini begitu banyak cara yang dilakukan para alim ulama dan aktivis muslim untuk membangkitkan semangat keislaman yang kian memudar di kalangan umat muslim yaitu dengan jalan dakwah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar