BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Islam
merupakan rahmatan lil ‘alamin yang kehadirannya sebagai rahmat semesta alam,
bukan rahmatan lil muslimin, yang kehadirannya hanya bagi kaum muslimin saja.
Sejak dulu islam telah menjadi agama yang paling majudan beradab.
Namun,
keadaan islam zaman sekarang seperti raksasa yang tertidur, besar tapi tidak
berdaya. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwasannya kelak akan ada suatu zaman
ketika umat muslim seperti buih di lautan. Ada sebuah pertanyaan filosofis yang
patut menjadi renungan kaum muslimin. Ketika rasulullah bersabda mengenai penundukkan
Roma dan Konstantinopel yang akan menjadi sejarah besar umat muslim pada masa
keemasannya, yaitu ketika seorang tokoh besar islam, Muhammad Al-Fatih dengan
kegigihannya mampu menaklukkan Konstantinopel (sekarang Turki Ustmani) pada
usia kurang dari 20 tahun, yaitu sampai detik ini Roma belum juga ditaklukkan
oleh Islam. Lalu, siapakah “the next” Muhammad Al-fatih? Jika bukan kita
sebagai generasi muda islam, siapa lagi?
Faktanya,
kaum Yahudi takut apabila kaum muslimin menyadari keislamannya. Karena jika
Islam bersatu, Islam akan membuat perubahan nyata yang sangat dikhawatirkan
kaum Yahudi. Maka dari itu, kaum Yahudi kian gencar menyerang generasi muda
islam dengan teknologi, pemikiran, aliran-aliran, musik, gaya hidup, makanan,
dan lain sebagainya agar kaum muslimin lalai akan keislamannya. Kaum Yahudi
memperlihatkan bahwa mereka selalu berbahagia atas keyahudiannya mereka.
Sehingga membuat kaum muslimin tertarik dengan hal-hal yang sebenarnya
diharamkan dalam islam, seperti minum-minuman keras, seks bebas, dan lain
sebagainya. Hasilnya dapat dilihat dari keadaan sekarang, yaitu kebobrokan
moral yang kebanyakan pelakunya adalah kaum muslimin,
BAB II
PEMBAHASAN
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk
(Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama,
walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At-Taubah
: 33)
Kita patut merasa gembira dengan janji yang telah diberikan oleh
Allah Swt melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan
kebijaksanaannya itu mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit
yang mengira bahwa janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Salallahu
Alaihi wa Salam , masa Khulafaur-Rasyidin dan pada masa khalifah-khalifah
sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang sudah
terrealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di atas,
sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya:
“Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza
telah disembah. Lalu Aisyah bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa
takkala Allah menurunkan firman-Nya “Dialah yang telah mengutus RasulNya
(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya
atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai, hal itu telah
sempurna (realisasinya).” Belau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat
yang ditentukan oleh Allah.” [Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam
Muslim dan Imam-Imam yang lain].
Banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan masa kemenangan Islam
dan tersebarnya ke berbagai penjuru. Dari hadits-hadits itu tidak diragukan
lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata atas izin pertolongan
dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan, itu yang penting.
Berikut ini akan saya tampilkan beberapa hadits yang saya harapkan dapat
membakar semangat para pejuang Islam dan dapat dijadikan argumentasi untuk
menyadarkan mereka yang fatalis tanpa mau berjuang sama sekali.
“Sesungguhnya agama Islam
ini akan sampai ke bumi yang dilalui oleh malam dan siang. Allah tidak akan
melewatkan seluruh kota dan pelosok desa, kecuali memasukkan agama ini ke
daerah itu, dengan memuliakan yang mulai dan merendahkan yang hina. Yakni
memuliakannya dengan Islam dan merendahkannya dengan kekufuran.”
Imam Ibnu Hibban meriwayatkannya dalam kitab Shahih-nya (1631,
1632). Sedang Imam Abu ‘Arubah meriwayatkannya dalam kitab Al-Montaqa
minat-Thabaqat (2/10/1).
Tidak diragukan lagi bahwa tersebarnya agama Islam kembali
kepada umat Islam sendiri. Oleh karena itu mereka harus memiliki kekuatan
moral, material dan persenjataan hingga mampu melawan dan mengalahkan kekuatan
orang-orang kafir dan orang-orang durhak Inilah yang dijanjikan oleh Rasulullah
Saw :
“Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Qubai. Ia menuturkan “(pada
suatu ketika) kami bersama Abdullah Ibnu Amer Ibnu Al-Ash. Dia ditanya tentang
mana yang akan terkalahkan lebih dahulu, antara dua negeri, Konstantinopel atau
Romawi. Kemudian ia meminta petinya yang sudah agak lusuh. Lalu ia mengeluarkan
sebuah kitab.” Abu Qubai melanjutkan kisahnya: Lalu Abdullah menceritakan:
“Suatu ketika kami sedang menulis disisi Rasulullah Salallahu Alaihi wa Salam.
Tiba-tiba Beliau ditanya: “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Constantinopel
atau Romawi?” Beliau menjawab: “Kota Heraclius-lah yang akan terkalahkan lebih
dahulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (II/176), Ad-Darimi
(I/126), Ibnu Abi Suaibah dalam Al-Mushan (II/47, 153). Abu Amer Ad-Dani di
dalam As-Sunanul Maridah fil-Fitaan (Hadits-hadits tentang Fitnah), Al Hakim
(III/422 dan IV/508) dan Abdul Ghani Al-Maqdisi dalam Kitabul Ilmi (II/30).
Abdul Ghani bahwa hadits ini hasan sanadnya. Sedangkan Imam Hakim menilainya sebagai
hadits shahih. Penilaian Al-Hakim itu sangat disetujui oleh Adz-Dzahabi.
Kata Rumiyyah dalam
hadits di atas maksudnya adalah Roma, ibukota Italy sekarang ini,
sebagaimana bisa kita lihat di dalam Mu’jamul Buldani (Ensiklopedi Negara).
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kemenangan pertama ada di tangan
Muhammad Al-Fatih Al-Utsmani. Hal ini terjadi setelah lebih dari delapan ratus
tahun Nabi Salallahu Alaihi wa Salam menyabdakan hadits di atas. Kemenangan
kedua pun akan segera terwujud atas seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
sebagaimana firman-Nya:
”Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al
Quran setelah beberapa waktu lagi.“ (QS Shaad : 88).
Tidak diragukan lagi bahwa kemenangan kedua mendorong adanya
kebutuhan terhadap Khalifah yang tangguh. Hal inilah yang telah diberitakan
oleh Rasulullah Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya:
“Kenabian telah terwujud di antara kamu sesuai dengan kehendak
Allah. Kemudian Dia akan menghilangkannya sesuai dengan kehendak-Nya, setelah
itu ada khalifah yang sesuai dengan kenabian tersebut, sesuai dengan
kehendak-Nya pula. Kemudian Dia akan menghapusnya juga sesuai dengan
kehendak-Nya. Setelah itu ada seorang raja diktator bertangan besi, dan semua
berjalan sesuai dengan kehendak-Nya pula. Lalu Dia akan menghapusnya jika
menghendaki untuk menghapusnya. Kemudian ada khalifah yang sesuai dengan
tuntunan Nabi. Lalu Dia diam.“ [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad
(IV/273)]
Selanjutnya hadits yang berisi tentang berita gembira dari
Rasulullah mengenai kembalinya kekuasaan kepada kaum Muslimin dan tersebarnya
pemeluk Islam di seluruh penjuru dunia hingga dapat membantu tercapainya tujuan
Islam dan menciptakan masa depan yang prospektif dan membanggakan hingga
meliputi bidang ekonomi dan pertanian. Hadits yang dimaksud sabda Nabi :
“Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum tanah Arab menjadi tanah
lapang yang banyak menghasilkan komoditas penting dan memiliki pengairan yang
memadai.”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/84), Imam Ahmad
(2/703, 417), dari hadits Abu Hurairah.
Berita-berita gembira ini terealisasi di beberapa kawasan Arab
yang telah diberi karunia oleh Allah berupa alat-alat untuk menggali sumber air
dari dalam gurun pasir. Disana bisa kita lihat adanya inisiatif untuk
mengalirkan air dari sungai Eufrat ke Jazirah Arab. Saya membaca berita ini
dari beberapa surat kabar lokal. Hal ini mungkin akan menjadi kenyataan. Dan
selang beberapa waktu kelak, akan benar-benar terwujud dan bisa kita buktikan.
Selanjutnya yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan
masalah ini adalah sabda Nabi :
”Tidak akan datang kepadamu suatu masa kecuali masa sesudahnya
akan lebih buruk, sampai kalian bertemu dengan Tuhanmu dan datangnya hari
kiamat.“
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al-Fitan dari
hadits Anas secara marfu’.
Hadits ini selayaknya dipahami dengan membandingkan dengan
hadits-hadits lain yang terdahulu dan hadits lain (yang ada hubungannya).
Seperti halnya hadits-hadits tentang Al-Mahdy dan turunnya Nabi Isa as.
Kebangkitan islam
tentu amat diidam-idamkan. Namun, patut disayangkan, setelah beberapa abad
fenomena yang terjadi sangat kontras dengan harapan dan keinginan apalagi
jika kita melihat perubahan kebudayaan islam di dunia yang kini semakin
teracuni oleh virus-virus yang diciptakan barat.
Meskipun negara-negara
imperialis telah menghabiskan sejumlah besar kekayaan untuk menghadang seruan
Islam transformatif, menempatkan berbagai rintangan di depannya agar seruan
kepada Islam ini lenyap, bahkan sampai-sampai mereka membangun aliansi dengan
beberapa kelompok modern di arena Islam yang disebut (kelompok Muslim moderat),
dan memberi mereka seluas-luasnya jalam berpartisipasi politik, serta akses ke
kubah-kubah parlemen dan istana para penguasa, dengan harapan terjadi perubahan
konsep Islam terkait pemerintahan, juga penyesatan politik dan pemikiran umat
Islam, namun negara-negara ini benar-benar telah gagal dan semakin terlihat
jelas boroknya. Justru hasilnya adalah kebalikan dari apa yang mereka harapkan,
dimana Islam transformatif telah benar-benar matang dan berkembang hingga
dakwahnya mencapai seluruh penjuru bumi.
Barat benar-benar
berusaha untuk memerangi konsep Jihad di jalan Allah, dan menganggapnya sebagai
ajaran terorisme, sebagaimana yang mereka klaimkan. Dan itulah sifat yang
diberikan kepada orang-orang yang melakukan aktivitas berupa jihad fisik dalam
membela negerinya, kehormatannya dan kesuciannya. Sementara, ketika mereka
tidak menemukan sifat tersebut, maka sifat itu digunakan pada mereka yang
beraktivitas untuk melanjutkan cara hidup Islam dengan melakukan aktivitas
politik dan pemikiran. Kemudian mereka membuat istilah baru yang disebarkan di
tengah-tengah masyarakat melalui media-media massa dan sarana-sarana lainnya.
Sementara sifat (sebutan) ekstremisme adalah sifat yang berhasil mereka
ciptakan. Selanjutnya mereka menggunakan sifat itu, menyebarkannya dan
mengumumkan perang dengannya. Semua itu tidak lain adalah perang yang sangat
telanjang indikasinya, yang asasnya adalah perang melawan Islam, dan semua yang
dihasilkan dari ide-ide politik yang menyerukan persatuan dan kesatuan kaum
Muslim, dan kemerdekaan dari penindasan imperialisme Barat.
Ketika negara-negara
Barat, Rusia dan Cina, serta para penguasa bonekanya di kawasan Timur Tengah
melihat perkembangan situasi di Syam, dan terlihat jelas perjuangan pembebasan
oleh kelompok revolusi Syam, yang berjuang untuk pembebasan dari rezim,
pilar-pilarnya, pemikirannya, dan ketergantungannya, kemudian mengganti rezim
Bashar yang terkutuk dengan sistem Islam yang agung. Hal ini terlihat jelas
pada kelompok revolusi Syam yang memiliki ikatan kuat dengan Islam, bahkan
menjadikan Islam sebagai kepemimpinan pemikiran (qiyâdah fikriyah) bagi
revolusi mereka yang diberkati. Dan ketika kaum kafir melihat hal itu begitu
menonjol, maka mereka gemetar ketakutan akan kembalinya Islam yang agung untuk
memimpin dunia kembali seperti sebelumnya. Untuk itu, mereka melakukan
konspirasi demi konspirasi, yang tujuannya adalah memalingkan revolusi ini dari
jalan Islam, dan berusaha mengaborsinya, kemudian menariknya pada kekuatan
politik Barat.
Oleh karena itu,
ketakutan Rusia sejalan dengan ketakutan Amerika sang penjagal dunia, yang
terus-menerus memberi kesempatan waktu pada Bashar untuk membantai rakyatnya
sendiri, dan seperti itu juga halnya, dengan ketakutan Cina, Eropa dan para
penguasa boneka di kawasan Timur Tengah, semuanya takut terhadap Islam yang
agung, sebab mereka adalah para penjahat perang yang melakukan pembunuh dan
penjarah kekayaan. Sementara Islam dengan cahaya yang agung akan membakar
mereka dan mengeluarkan rakyat mereka dari perbudakan euro dan dolar, menuju
penyembahan hanya kepada satu Tuhan Yang Mahakuasa, Allah SWT.
Keberhasilan
sesungguhnya bagi revolusi Syam, tidak akan pernah terwujudkan kecuali dengan
tegaknya Khilafah Rasyidah ala Minhaji Nubuwah kedua di Syam, yaitu di rumah
Islam sendiri. Bahkan keberhasilan ini tidak hanya akan menggoncangkan kawasan
Timur Tengah saja, melainkan akan menggoncangkan dunia dan situasi
internasional, serta aturan hubungan yang ada di antara negara-negara besar dan
pengaruhnya, dan akan mengubah meja di kepala mereka.
Mungkin beanr ketika kita
berpikir bahwa hakekat, motivasi dan tujuan sesungguhnya dari kemenangan Islam,
bukan saja tidak diketahui oleh orang-orang Barat, yang mengira bahwa
kemenangan Islam itu hanyalah persoalan gerakan pedang, perpindahan jenis
manusia, dan kemajuan yang didorong oleh jiwa rakus, tetapi hal itu juga tidak
diketahui oleh kebanyakan kaum Muslimin sendiri, yaitu orang-orang yang
menyangka bahwa perluasan daerah kekuasaan saja dalam kemenangan Islam itu
telah merupakan keuntungan bagi Islam, telah merupakan tindakan yang penuh jasa
bagi pejuang-pejuang Islam di setiap masa.
Orang Barat dan orang Islam yang
berpendirian seperti itu sama saja. Mereka sama jauhnya dari pengenalan
sebenarnya tentang hakekat kemenangan Islam, serta motivasi dan tujuan
sebenarnya. Kiranya baiklah kalau kita memperbaiki gambaran yang telah
dipalsukan atau dirusak, bukan saja tentang kemenangan-kemenangan Islam itu
saja, tetapi juga tentang pemikiran Islam itu sendiri pada akhirnya.
Islam mengesampingkan dari
perhitungannya bahwa peperangan dilancarkan, atau kemenangan dicapai, dengan
maksud agar suatu bangsa atau rupa bentuk manusia berkuasa. Manusia telah
dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal, bukan untuk
saling berbunuhan, bukan untuk saling menguasai. Karena itu Islam mengesampingkan
segala bentuk peperangan dan kemenangan yang dikobarkan oleh kefanatikan
nasional, warna kulit atau bahasa. Keadaan seperti ini masih dirasakan oleh
dunia dampaknya yang amat pahit, bahkan di masa modern sekarang ini, yaitu
suatu masa yang menurut para pemimpin adalah masa yang berkebudayaan, dan telah
dapat meninggikan diri di atas motif-motif kesukuan.
Demikian pula,
Islam mengesampingkan dari perhitungannya bahwa suatu peperangan dilancarkan,
atau kemenangan diperoleh, dengan maksud untuk mencari keuntungan materi.
Karena itu Islam mengesampingkan semua bentuk kemenangan kolonialis, yang di
belakangnya tersembunyi kerakusan-kerakusan ekonomi, seperti memperluas pasar
untuk memutarkan hasil produksinya atau untuk mendapatkan bahan baku, atau untuk
mengeksploitasi sumber-sumber alam, atau untuk mendapatkan tempat-tempat
strategis dan kepentingan-kepentingan militer. Peperangan seperti inilah yang
masih tetap dirasakan malapetakanya sampai sekarang ini oleh umat manusia.
Tetapi hal inilah yang menjadi dasar dan peradaban Barat sekarang ini, karena
hal ini merupakan salah satu unsur pokoknya.
Akhirnya,
Islam menjauhkan dari segala pertimbangannya, bahwa perang dilancarkan, atau
kemenangan dicapai, dengan maksud untuk memperoleh kemegahan pribadi untuk raja-raja
dan para pemimpin, atau untuk memuaskan nafsu-nafsu untuk mencapai ketinggian,
kekuasaan dan ketenaran, yang menguasai tokoh-tokoh itu, sehingga mereka sampai
hati mengorbankan rakyat, agar mahkotanya mendapat tambahan sebuah bintang,
atau dadanya dihiasi oleh sebuah bintang lagi.
Dari sini
menjadi jelaslah adanya satu motivasi yang merupakan tujuan satu-satunya dari
kemenangan Islam, yaitu perkataan yang telah diucapkan oleh Rasulullah SAW:
“Siapa yang
berjuang untuk ketinggian kalimat Tuhan yang tinggi, ialah yang berjuang di
jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi inilah
gagasan yang hendak disebarluaskan dan direalisasikan: untuk meninggikan
kalimat Allah yang tinggi. Kita harus mengetahui hakekat dan batas-batas
gagasan ini, agar kita dapat mengetahui hakekat kemenangan Islam dan agar kita
mengetahui perbedaan antara kemenangan Islam itu dan kemenangan-kemenangan
militer lain. Selanjutnya agar kita dapat memahami bahwa kemenangan Islam itu
adalah dalam batas-batas gagasan Islam. Kalau tidak begitu, maka kemenangan
Islam itu tidak ada, walau pun dicapai oleh tangan orang-orang Islam.
Islam merupakan solusi
dalam segala problematika kehidupan yang terjadi sekarang. Ideologi Islam
berpijak pada akidah Islam, satu-satunya akidah yang benar, bersumberkan
al-Quran dan as-Sunnah. Inilah akidah yang sesuai dengan fitrah manusia,
memuaskan akal dan menenteramkan jiwa. Kebangkitan yang benar tentunya harus
bersumber dari ideologi (mabda’) yang benar. Mabda’yang
benar haruslah berpijak di atas akidah yang benar.
Akidah
Islam memiliki karakteristik sebagai akidah ruhiyah sekaligus
akidahri’ayah yang haq. Akidah ini memancarkan sebuah sistem
(aturan) kehidupan yang menyeluruh, mengatur urusan pribadi, keluarga maupun
negara.
SIMPULAN
Penjajahan fisik
memang telah pergi. Namun, penjajahan non-fisik ternyata masih mencengkeram
kuat di seluruh sendi kehidupan; baik di sektor politik, ekonomi, sosial,
budaya maupun keamanan. Keterpurukan bangsa ini tercermin dari angka kemiskinan
yang tinggi, kasus korupsi yang menggurita, penegakkan hukum yang bobrok,
dekadensi moral, dan masih banyak lagi, terutama di Indonesia.
Indonesia adalah salah
satu negara yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama islam. Namun sangat
disayangkan, kemayoritasan itu tidak menjadi suatu kekuatan besar bagi islam.
Padahal beberapa
faktor pendukung untuk menjadi negara bangkit dan maju sudah ada pada negeri
ini. Di antaranya ialah potensi kekayaan alam yang begitu melimpah-ruah serta
sumberdaya manusia yang cukup luar biasa.
Tentu patut
dipertanyakan, mengapa Indonesia tidak juga kunjung bangkit?
Narasi sejarah
mencatat, bahwa tidak cukup untuk membangkitkan Indonesia ketika negeri ini
sudah sebanyak enam kali berganti pucuk pimpinan, bergilir pula wajah-wajah
baru di jajaran kabinet maupun wakil rakyat, juga beberapa kali bangsa ini
melakukan eksperimen sistem kenegaraan dengan menjajal beberapa bentuk sistem
negara; zaman Orde Lama dengan nuansa sosialismenya, zaman Orde Baru dengan
corak kapitalisme, dan era reformasi dengan corak liberalnya. Ternyata hasilnya
tidak dapat diharapkan.
Islam saat ini adalah
seperti raksasa yang sedang tertidur, perlu dibangunkan kembali agar semangat
juang dan menegakkan islam secara “kaaffah” kembali berkobar dalam dada setiap
muslim yang jumlah penduduknya mayoritas di dunia. Saat ini begitu banyak cara
yang dilakukan para alim ulama dan aktivis muslim untuk membangkitkan semangat
keislaman yang kian memudar di kalangan umat muslim yaitu dengan jalan dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar