Oleh : Tari
Purwanti
Seorang individu dapat dikatakan sebagai anak-anak adalah
ketika dia menginjak usia 4-17 tahun. Penyebutan “anak” begitu relatif, ada
yang menyebutkan di usia 6-13 tahun, ada pula yang menyebutkan antara 5-14
tahun. Anak menurut perspektif antropologi sebagai individu yang merupakan
bagian suatu kebudayaan, yang dibentuk melalui pola pengasuhan orang tua, dan
melakukan sosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Dari perspektif tersebut
dapat diambil tiga garis besar yakni:
1. Bagian dari kebudayaan, anak berhadapan langsung dengan
budaya yang diwariskan oleh nenek moyang melalui orang tua atau yang
mengasuhnya. Anak yang diasuh oleh dua subyek (ayah-ibu) yang berlatar belakang
budaya yang berbeda akan mempengaruhi budaya anak tersebut. inilah yang disebut
dengan istilah asimilasi. Dimana budaya anak merupakan hasil bertemunya dua
budaya yang berbeda.
2. Pola pengasuhan yang dilakukan oleh kedua orang tua,
bukan salah satu. Hal ini memungkinkan anak akan mempelajari ajaran atau
perilaku atau tindakan atau apa yang disosialisasikan kedua orangtuanya
sehingga sensor motoriknya memungkinkan ia untuk meniru apa yang
disosialisasikan orangtuanya.
3. Anak dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungan
sosial tempat ia bersosialisasi. Seorang anak bisa jadi diperngaruhi atau
terpengaruh oleh kebudayaan dimana ia berada. Ini disebabkan karena proses
sosialisasi yang terjadi pada anak semasa ia mempelajari kebudayaan dimana ia
tinggal tergolong cukup lama sehingga memungkinkan ia melakukan proses
kebudayaan atau tertanam dalam jiwanya nilai-nilai budaya dimana ia berada.
Anak akan mengetahui perannya dalam kehidupan
bermasyarakat setelah ia melakukan sosialisasi, yaitu proses
penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dengan masyarakat dimana ia tinggal.
Sedangkan mengenai kebudayaan perlu ia pelajari melalui enkulturasi, yaitu
komunikasi budaya. Jika anak tidak mengalami sosialisasi dan/atau enkulturasi,
maka ia tidak akan dapat berinteraksi sosial, ia tidak akan dapat melakukan
tindakan sosial sesuai status dan peranannya serta kebudayaan masyarakat.
Sosialisasi menekankan kepada pengambilan peran, sedangkan enkulturasi
menekankan kepada pemerolehan kompetensi budaya.
Pembentukan karakter anak bergantung kepada
bagaimana proses sosialisasi dan enkulturasi kebudayaan dimana ia berada,
sehingga nantinya yang akan muncul adalah perbedaan karakter anak sesuai dengan
kebudayaan dimana ia berada.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi diunduh pada 12 Juli 2013, 14:39 WIB.
http://toniannabil.wordpress.com/2013/02/22/8/ diunduh pada 9 Juli 2013, 12:49 WIB.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar